Hakikat
Kata
Menurut
KBBI (2008 : 633 )”
kata merupakan morfem yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas”.
Menurut Chaer (2008 : 23 )” kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah serta memiliki mobilitas dalam kalimat”.
Ramlan (2009 : 33)” kata merupakan satuan bebas yang paling terkecil”.
Disimpulkan bahwa kata hakikatnya merupakan satuan gramatikal terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
Menurut Chaer (2008 : 23 )” kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah serta memiliki mobilitas dalam kalimat”.
Ramlan (2009 : 33)” kata merupakan satuan bebas yang paling terkecil”.
Disimpulkan bahwa kata hakikatnya merupakan satuan gramatikal terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
Kata secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba, adjektiva,
averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan atau
konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
Pertama, setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat
berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain misalnya kata
sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, /t/. Urutan itu tidak dapat
diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/ atau urutan lainnya.
Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Secara tradisional kata-kata dikelompokkan berdasarkan
kriteria semantik dan kriteria fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk
mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (N), dan kelas adjektiva (A).
Lalu, kriteria fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi kelas
konjungsi dan lainnya.
Kelas adalah kelas yang
keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaku-waktu berkenaan dengan
perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa yang
termasuk kelas terbuka adalah kelas verba, kelas nomina, dan adjektiva.
No
|
Kata Kelas Terbuka
|
Ciri-ciri
|
Contoh
|
1.
|
Verba
|
·
Dapat didampingi oleh adverbia tidak, tanpa,
dan bukan.
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi
·
Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan
dengan penggolongannya.
|
· tidak datang, tanpa makan, bukan menangis.
· sering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang
· sebuah menbaca, dua butir menulis, namun dapat didampingi oleh semua
adverbia jumlah seperti, kurang embaca, cukup menarik, dll.
· agak pulang, cukup datang, lebih pergi, kurang pergi, dll.
· sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak pergi mau
menjual,dll.
|
2.
|
Nomina
|
·
Tidak dapat didahului adverbia derajat agak (
lebih, sangat, dan paling).
·
Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan
wajib.
·
Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan
jumlah,
|
· agak kucing, agak kucing, agak bulan, dll.
· wajib kucing, wajib meja, wajib bulan, dll.
·
satu, sebuah, sebatang, dsb. Misalnya : sebuah
meja, seekor kucing, sebatang pensil, dll.
|
3.
|
Adjektiva
|
·
Tidak dapat didampingi adverbia frekuensi
sering, jarang, dan kadang-kadang.
·
Tidak dapat didampingi adverbia jumlah.
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
·
Dapat didampingi adverbia kepastian pasti,
tentu, mungkin,dan barangkali.
|
·
sering indah, jarang tinggi, kadang besar,
dll.
· banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah, dll.
· agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dll.
· pasti indah, tentu baik, buruk, dll.
· hendak indah, mau tinggi, dll.
|
Kelas Kata
Tertutup
Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah
keanggotaanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau
berkurang. Yang termasuk kelas kata tetutup adalah kelas adverbia, kelas
preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
A. Adverbia
Adverbia lazim
disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah
menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut
juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia
pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan.
Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya
-
Berprefiks se-
(sejumlah, sebagian, seberapa, semoga)
-
Berprefiks se-
dengan reduplikasi (sekali-kali, semena-mena)
-
Berkonsfiks
se-nya ( sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
B. Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya
memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat macam
pronomina yaitu:
a)
Pronomina
persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri
adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik
berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti diri dibedakan atas:
-
Kata ganti diri
orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang pertama jamak (kami kita)
-
Kata ganti diri
orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua jamak (kalian kamu sekalian)
-
Kata ganti diri
orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga jamak (mereka)
b)
Kata ganti
penunjuk (demonstratifa)
Kata ganti
penunjuk atau pronomina demostratifa (ini, itu) yang digunakan untuk
menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang dekat dengan pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.
c)
Kata ganti
tanya (interogatifa)
Kata ganti
tanya atau pronomina interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya
atau menanyakan sesuatu (nomina atau kontruksi yang dianggap sebagai nomina)
kata ganti tanya ini meliputi: apa,
siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
d)
Pronomina tak
tentu
Pronomina tak
tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk
menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk akata ganti tak tentu
adalah seseorang, salah seorang, siapa
saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu beberapa dan sewaktu-waktu.
C. Numeralia
a)
Kata bilangan
atau numeralia adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan
dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama
(satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil
(tiga, lima, tujuh), bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat
(pertama, kedua) dan kata bantu bilangan.
b)
Kata bantu
bilangan
Kata bantu
bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan
atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan
ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang termasuk dalam kata
bantu bilangan adalah: ekor, buah,
batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik,
kaki, pasang, dan rumpun.
D. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang
digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Secara semantik
preposisi menyatakan makna sebagai berikut:
-
Tempat berada
(di , pada, dalam, atas, antara)
-
Arah asal
(dari)
-
Arah tujuan
(ke, kepada, akan, terhadap)
-
Pelaku (oleh)
-
Alat (dengan,
berkat)
-
Perbandingan
(daripada)
-
Hal atau
masalah (tentang, mengenai)
-
Akibat, batas
waktu (hingga, sehingga, sampai)
-
Tujuan (untuk,
buat, guna, bagi)
E. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara
frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan
kalimat.
Dilihat dari
tingkat kedudukannya dibedakan atas:
a)
Konjungsi koordinatif
adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
kedudukannya sederajat atau setara.
-
Menghubungkan
atau menjumlahkan (dan, dengan, serta)
-
Menghubungkan
atau memilih (atau)
-
Menghubungkan
mempertentangkan (tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya)
-
Menghubungkan
membetulkan (melainkan, hanya)
-
Menghubungkan
menegaskan (bahkan, malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
-
Menghubungkan
membatasi (kecuali, hanya)
-
Menghubungkan
mengurutkan (kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu)
-
Menghubungkan
menyamakan (yaitu, yakni, ialah, adalah, bahwa)
b)
Konjungsi
subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa)
yang kedudukannya tidak sederajat. Artinya, kedudukan klausa yang satu kebih
tinggi (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih
rendah dari yang pertama.
Konjungsi ini
dibedakan atas:
-
Menghubungkan
menyatakan sebab akibat (sebab, karena)
-
Menghubungkan
menyatakan persyaratan (kalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal)
-
Menghubungkan
menyatakan tujuan (agar, supaya)
-
Menghubungkan menyatakan waktu (ketika, sewaktu, sebelum,
sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama)
-
Menghubungkan
menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai, hingga, dan sehingga)
-
Menghubungkan
menyatakan batas kejadian (sampai, hingga)
-
Menghubungkan
menyatakan tujuan atau sasaran (untuk, guna)
-
Menghubungkan
menyatakan penegasan (meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun)
-
Menghubungkan
menyatakan pengandaian (seandainya, andaikata)
-
Menghubunkan
menyatakan perbandingan (seperti, sebagai, laksana)
c)
Konjungsi
antarkalimat
Konjungsi antar
kalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf.
Dari sifat hubungannnya
dibedakan atas:
-
Menghubungkan
dan mengumpulkan (jadi, karena, oleh sebab itu, kalau begitu, dengan demikian)
-
Menghubungkan
menyatakan penegasan (lagipula, apalagi)
-
Menghubungkan
mempertentangkan atau mengontraskan (namun, sebaliknya)
F. Artikula
Artikula atau
kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau
mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa
Indonesia adalah si, sang.
G. Interjeksi
Interjeksi
adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget,
marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi
menjadi dua yaitu interjeksi yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh,
nah, hah) dan interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka,
gila, kasihan, bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb).
H. Partikel
Partikel dalam
bahasa Indonesia antara lain adalah kah,
lah, tah, dan pun. Partikel ini
berfungsi sebagai penegas dalm tuturan.
Pembentukan
Kata
Pembentukaan
kata inflektif adalah pembentukan kata dimana identitas leksikal kata yang
dihasilkan sama dengan identitas
leksikal kata dasarnya. Sedangkan dalam proses pembentukan derivatif identitas
bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya.
Contoh kasus
inflektif dan derivatif, pembentukan membeli
dari dasar beli adalah contoh kasus
inflektif, sedangkan pembentukan pembeli
dari dasar beli adalah kasus
derivatif. Alasannya, dasar beli dan kata membeli sama-sama berkategori verba,
sedangkan dasar beli dan kata pembeli berbeda kategori (beli, kategori verba;
pembeli, kategori nomina).
Kasus inflektif
dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam pembentukan verba transitif,
prefiks me- untuk verba transitif aktif, dan prefiks di- untuk verba transitif
pasif tindakan, prefiks ter- untuk verba transitif pasif keadaan dan prefiks
zero untuk verba imperatif. Bentuk dasarnya dapat berupa :
1)
Pangkal verba akar yang memiliki komponen makna[+sasaran], seperti akar
baca, tulis dan beli
2)
Pangkal bersufiks –kan, seperti selipkan, daratkan dan lewatkan
3)
Pangkal bersufiks –i, seperti tangisi, lalui dan nasehati
4)
Pangkal berprefiks per-, seperti perpanjang, perluas, pertinggi
5)
Pangkal berkonfiks per-kan, seperti persembahkan, pertemukan dan pertukaran
6)
Pangkal berkonfiks per-I, seperti perbaiki, perbarui, dan persenjatai
Keenam tipe pangkal itu dapat diberi
afiks me-, di-, ter-, dan zero.
Ada catatan penting
untuk verba inflektif, pertama prefiks me-inflektif(kita sebut me-1), prefiks di-inflektif (di-1) dan
prefiks ter-inflektif (ter-1). Sedangkan untuk prefiks me-derivatif(me-2), prefiks di-derivatif(di-2) dan ter-derivatif(ter-2).
Contoh :
·
me-derivatif : melompat, membengkak,
·
di- derivative : dimaksud
·
ter-derivatif : terlena, tertidur dan terkejut
Kedua,
indikator untuk mengenal verba derivative adalah bahwa prefiks me- pada kata
itu tidak dapat diganti dengan prefik di- dan ter-. Berlaku sebaliknya untuk
mengenali verba inflektif.
Ketiga, prefiks
di-inflektif dapat diganti dengan
pronominal persona : saya, aku (ku-), kami, kita, kalian, kamu, mereka, engkau
(kau-) dan beliau. Juga dapat diganti dengan sejumlah istilah perkerabatan,
seperti : bapak, ibu, kakek, nenek dll. Sebagai pembentuk verba pasif transitif
prefiks di- harus digunakan bila
pelaku tindakan itu adalah nama diri, nama jebatan, atau nama profesi.
Klitika
Klitika adalah
semacam imbuhan yang dalam ucapan tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak
merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Jadi, klitika merupakan
bentuk yang selalu terikat pada bentuk (kata) lain.
- Kata Berklitika -lah, Contoh :
- Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
- Masuklah!
- Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua!
- Jadilah pemukiman itu pemasok terbesar sayur-mayur.
- Dialah yang menggugat soal itu.
- Cara seperti itu tidaklah pantas.
- Akulah yang bertanggung jawab
- Iwanlah yang mencari kamu kemarin
- Berklitika pun, Contoh :
- Mereka pun akhirnya senang tinggal di lokasi itu.
- Yang tidak perlu pun dibelinya.
- Andilah yang datang ke sini semalaman. (bukan orang lain)
- Kalau Andi pergi, Susi pun pergi (susi juga pergi)
- Ditraktir pun aku tak sudi.
- Meskipun ditraktir, aku tak sudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar