Minggu, 02 Oktober 2016

Hakikat Kata



Hakikat Kata
Menurut KBBI (2008 : 633 )” kata merupakan morfem yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas”.
Menurut Chaer (2008 : 23 )” kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah serta memiliki mobilitas dalam kalimat”.
Ramlan (2009 : 33)” kata merupakan satuan bebas yang paling terkecil”.
            Disimpulkan bahwa kata hakikatnya merupakan satuan gramatikal terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku kata sehingga membentuk kata dan memiliki satu arti ataupun pengertian.
Kata secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba, adjektiva, averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan atau konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
Pertama, setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain misalnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/ atau urutan lainnya.
Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Secara tradisional kata-kata dikelompokkan berdasarkan kriteria semantik dan kriteria fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (N), dan kelas adjektiva (A). Lalu, kriteria fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi kelas konjungsi dan lainnya.
Klasifikasi kata terdiri dari dua macam, yaitu :
Kelas adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaku-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa yang termasuk kelas terbuka adalah kelas verba, kelas nomina, dan adjektiva.  

No
Kata Kelas Terbuka
Ciri-ciri
Contoh
1.      
Verba
·       Dapat didampingi oleh adverbia tidak, tanpa, dan bukan.
·       Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi



·       Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya.


·   tidak datang, tanpa makan, bukan menangis.
·   sering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang
·   sebuah menbaca, dua butir menulis, namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti, kurang embaca, cukup menarik, dll.
·   agak pulang, cukup datang, lebih pergi, kurang pergi, dll.
·   sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak pergi mau menjual,dll.
2.      
Nomina
·       Tidak dapat didahului adverbia derajat agak ( lebih, sangat, dan paling).
·       Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib.
·       Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah,
·   agak kucing, agak kucing, agak bulan, dll.

·   wajib kucing, wajib meja, wajib bulan, dll.
·       satu, sebuah, sebatang, dsb. Misalnya : sebuah meja, seekor kucing, sebatang pensil, dll.
3.      
Adjektiva
·       Tidak dapat didampingi adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang.
·       Tidak dapat didampingi adverbia jumlah.
·       Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
·       Dapat didampingi adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin,dan barangkali.
·       sering indah, jarang tinggi, kadang besar, dll.
·   banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah, dll.
·   agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dll.
·   pasti indah, tentu baik, buruk, dll.
·   hendak indah, mau tinggi, dll.


       Kelas Kata Tertutup

Kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk kelas kata tetutup adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.

A.    Adverbia

Adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya

-          Berprefiks se- (sejumlah, sebagian, seberapa, semoga)
-          Berprefiks se- dengan reduplikasi (sekali-kali, semena-mena)
-          Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)

B.     Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat macam pronomina yaitu:
a)      Pronomina persona (kata ganti diri)
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti diri dibedakan atas:
-          Kata ganti diri orang pertama tunggal (saya, aku, beta), orang pertama jamak (kami kita)
-          Kata ganti diri orang kedua tunggal (kamu, engkau), orang kedua jamak (kalian kamu sekalian)
-          Kata ganti diri orang ketiga tunggal (ia, dia, nya), orang ketiga jamak (mereka)

b)      Kata ganti penunjuk (demonstratifa)
Kata ganti penunjuk atau pronomina demostratifa (ini, itu) yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dekat dengan pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.

c)      Kata ganti tanya (interogatifa)
Kata ganti tanya atau pronomina interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu (nomina atau kontruksi yang dianggap sebagai nomina) kata ganti tanya ini meliputi: apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.

d)     Pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk akata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu beberapa dan sewaktu-waktu.

C.    Numeralia
a)      Kata bilangan atau numeralia adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh), bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata bantu bilangan.

b)      Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan atau kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominanya. Yang termasuk dalam kata bantu bilangan adalah: ekor, buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan rumpun.

D.    Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Secara semantik preposisi menyatakan makna sebagai berikut:
-          Tempat berada (di , pada, dalam, atas, antara)
-          Arah asal (dari)
-          Arah tujuan (ke, kepada, akan, terhadap)
-          Pelaku (oleh)
-          Alat (dengan, berkat)
-          Perbandingan (daripada)
-          Hal atau masalah (tentang, mengenai)
-          Akibat, batas waktu (hingga, sehingga, sampai)
-          Tujuan (untuk, buat, guna, bagi)

E.     Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan kalimat.
Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan atas:

a)      Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara.

-          Menghubungkan atau menjumlahkan (dan, dengan, serta)
-          Menghubungkan atau memilih (atau)
-          Menghubungkan mempertentangkan (tetapi, namun, sedangkan dan sebaliknya)
-          Menghubungkan membetulkan (melainkan, hanya)
-          Menghubungkan menegaskan (bahkan, malah, malahan, lagipula, apalagi, jangankan)
-          Menghubungkan membatasi (kecuali, hanya)
-          Menghubungkan mengurutkan (kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu)
-          Menghubungkan menyamakan (yaitu, yakni, ialah, adalah, bahwa)

b)        Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat. Artinya, kedudukan klausa yang satu kebih tinggi (sebagai klausa utama) dan yang kedua sebagai klausa bawahan atau lebih rendah dari yang pertama.
Konjungsi ini dibedakan atas:
-          Menghubungkan menyatakan sebab akibat (sebab, karena)
-          Menghubungkan menyatakan persyaratan (kalau, jika, bila, bilamana, apabila, asal)
-          Menghubungkan menyatakan tujuan (agar, supaya)
-          Menghubungkan  menyatakan waktu (ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, selama)
-          Menghubungkan menyatakan akibat, yaitu konjungsi sampai, hingga, dan sehingga)
-          Menghubungkan menyatakan batas kejadian (sampai, hingga)
-          Menghubungkan menyatakan tujuan atau sasaran (untuk, guna)
-          Menghubungkan menyatakan penegasan (meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun)
-          Menghubungkan menyatakan pengandaian (seandainya, andaikata)
-          Menghubunkan menyatakan perbandingan (seperti, sebagai, laksana)

c)         Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf.
Dari sifat hubungannnya dibedakan atas:
-          Menghubungkan dan mengumpulkan (jadi, karena, oleh sebab itu, kalau begitu, dengan demikian)
-          Menghubungkan menyatakan penegasan (lagipula, apalagi)
-          Menghubungkan mempertentangkan atau mengontraskan (namun, sebaliknya)

F.     Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula dalam bahasa Indonesia adalah si, sang.
G.   Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb).
H.    Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun. Partikel ini berfungsi sebagai penegas dalm tuturan.

Pembentukan Kata
Pembentukaan kata inflektif adalah pembentukan kata dimana identitas leksikal kata yang dihasilkan sama  dengan identitas leksikal kata dasarnya. Sedangkan dalam proses pembentukan derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya.
Contoh kasus inflektif dan derivatif, pembentukan membeli dari dasar beli adalah contoh kasus inflektif, sedangkan pembentukan pembeli dari dasar beli adalah kasus derivatif. Alasannya, dasar beli dan kata membeli sama-sama berkategori verba, sedangkan dasar beli dan kata pembeli berbeda kategori (beli, kategori verba; pembeli, kategori nomina).
Kasus inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam pembentukan verba transitif, prefiks me- untuk verba transitif aktif, dan prefiks di- untuk verba transitif pasif tindakan, prefiks ter- untuk verba transitif pasif keadaan dan prefiks zero untuk verba imperatif. Bentuk dasarnya dapat berupa :
1)      Pangkal verba akar yang memiliki komponen makna[+sasaran], seperti akar baca, tulis dan beli
2)      Pangkal bersufiks –kan, seperti selipkan, daratkan dan lewatkan
3)      Pangkal bersufiks –i, seperti tangisi, lalui dan nasehati
4)      Pangkal berprefiks per-, seperti perpanjang, perluas, pertinggi
5)      Pangkal berkonfiks per-kan, seperti persembahkan, pertemukan dan pertukaran
6)      Pangkal berkonfiks per-I, seperti perbaiki, perbarui, dan persenjatai
Keenam tipe pangkal itu dapat diberi afiks me-, di-, ter-, dan zero.
Ada catatan penting untuk verba inflektif, pertama prefiks me-inflektif(kita sebut me-1), prefiks di-inflektif (di-1) dan prefiks ter-inflektif (ter-1). Sedangkan untuk prefiks me-derivatif(me-2), prefiks di-derivatif(di-2) dan ter-derivatif(ter-2).
Contoh :
·         me-derivatif : melompat, membengkak,
·         di- derivative : dimaksud
·         ter-derivatif : terlena, tertidur dan terkejut
Kedua, indikator untuk mengenal verba derivative adalah bahwa prefiks me- pada kata itu tidak dapat diganti dengan prefik di- dan ter-. Berlaku sebaliknya untuk mengenali verba inflektif.
Ketiga, prefiks di-inflektif dapat diganti dengan pronominal persona : saya, aku (ku-), kami, kita, kalian, kamu, mereka, engkau (kau-) dan beliau. Juga dapat diganti dengan sejumlah istilah perkerabatan, seperti : bapak, ibu, kakek, nenek dll. Sebagai pembentuk verba pasif transitif prefiks di- harus digunakan bila pelaku tindakan itu adalah nama diri, nama jebatan, atau nama profesi.
Klitika
Klitika adalah semacam imbuhan yang dalam ucapan tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Jadi, klitika merupakan bentuk yang selalu terikat pada bentuk (kata) lain.
  1. Kata Berklitika -lah, Contoh :
    • Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
    • Masuklah!
    • Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua!
    • Jadilah pemukiman itu pemasok terbesar sayur-mayur.
    • Dialah yang menggugat soal itu.
    • Cara seperti itu tidaklah pantas.
    • Akulah yang bertanggung jawab
    • Iwanlah yang mencari kamu kemarin
  2. Berklitika pun, Contoh :
    • Mereka pun akhirnya senang tinggal di lokasi itu.
    • Yang tidak perlu pun dibelinya.
    • Andilah yang datang ke sini semalaman. (bukan orang lain)
    • Kalau Andi pergi, Susi pun pergi (susi juga pergi)
    • Ditraktir pun aku tak sudi.
    • Meskipun ditraktir, aku tak sudi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar